Minggu, 6 November 2011 - 22:14 WIB

Khotib Idul Adha Serukan Perangi Tikus NegaraJAKARTA (Pos Kota) – Kesabaran rakyat terhadap maraknya praktik korupsi telah di ambang batas. Seiring gema takbir Idul Adha 1432 Hijriah, seruan perang terhadap ‘tikus negara’ digaungkan dalam khutbah salat ied di beberapa wilayah ibukota maupun daerah lainnya, Minggu (6/11) pagi. Di Masjid Istiqlal, di hadapan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan beberapa pejabat negara lainnya, khotib Qadir Gassing mengajak seluruh elemen masyarakat untuk memerangi korupsi dan nepotisme.

“Jadi, bapak kepala negara, gubernur, bupati dan seluruh pejabat yang terhormat, berantaslah korupsi dan penyelewengan. Rakyat Insya Allah akan mendukungmu. Catatannya cuma satu, mulailah dari rumah dan pekaranganmu,” kata Qadir Gassing. Ia berharap agar para pemimpin di Indonesia meneladani upaya Nabi Muhammad SAW untuk menghapus korupsi dan nepotisme di masanya.

Tema yang sama juga dilontarkan KH. Ma’ruf Amin, Ketua Dewan Syariah MUI Pusat dalam khutbahnya di Balaikota DKI Jakarta. Pada salat Ied yang dihadiri Sekdaprov DKI Jakarta, Fadjar Panjaitan dan Ketua DPRD DKI Jakarta, Ferrial Sofyan, dalam ceramahnya Ma’ruf mengatakan karakter bangsa dan ahlak memegang peranan penting bagi pengelolaan negara dan pembangunan bangsa. Ini terjadi menyusul proses modernisasi dan globalisasi yang juga kerap membawa dampak negatif.

“Ekses negatifnya berbentuk keserakahan akibat orientasi terhadap materialisme tanpa disertai dengan akhlak. Hasilnya korupsi, manipulasi, penyalahgunaan wewenang terjadi,” tandas Ma’ruf yang juga menjabat Ketua Dewan Syariah MUI Pusat.

Dari Masjid Baiturohim Komplek Angkasa Pura Kemayoran, Jakarta Pusat, KH Syamsudin menyoroti tentang negeri yang diibaratkan sedang sakit. “Rakyat dan pemimpin banyak yang berkata fitnah dan mengadu domba sehingga membuat negeri ini tidak kondusif. Lalu pada kemana para haji mabrur kita yang mestinya berperan menenteramkan kondisi ini,” kata Syamsudin di hadapan 700-an jamaah. Sedangkan Ketua MUI Jakpus, KH. A.D. Kusumah, dalam khutbahnya di Masjid Al Fauz kantor Walikota Jakarta Pusat, mengatakan salah satu makan dari berkurban itu ialah menyembelih sifat hewani di diri manusia. Hadir Walikota Jakpus, Saefullah, Wakil Walikota, Fatahillah dan Sekko Endjang Abdullah.

NEGARA TERKORUP

Di halaman Masjid Agung Al Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan dalam khutbahnya Drs. H. Amliwazir Saidi, mengatakan sebagai bangsa yang besar dan memiliki umat Islam terbanyak di dunia dalam kenyataannya kenyataannya tidak menjadai Indonesia sebagai bangsa terbaik.

Baik dari segi ekonomi, politik, sosial maupun pertahanan. Dari segi moral atau akhlakpun kita termasuk negara terkorup di dunia. Bahkan, Menteri Dalam Negeri, Gamawan Fauzi menyebtukan ada sekitar 155 bupati atau walikota di seluruh Indonesia yang diperiksa atau masuk penjara karena terlibat korupsi.

Dan ada sekitar 17 Gubernur dari 34 Gubernur di Indonesia yang masuk penjara atau menjadi tersangka kasus korupsi. “Bahkan pak Gamawan juga mengatakan setiap minggu ada saja seorang kepala daerah yang ditetapkan menjadi tersangka korupsi,” tuturnya Ini karena sebagian besar umat Islam di Indonesia telah lama meninggalkan Trilogi Umat terbaik atau Trilogi Umat Islam untuk menjadi persyaratan bangsa terbaik.

Genderang perang yang sama juga dikobarkan di beberapa daerah lainnya. Di Mesjid Sukasari, Tasikmalaya, Jawa Barat, momentum penyembelihan hewan kurban harus menjadi momentum menyembelih hawa nafsu untuk korupsi. “Dalam kondisi negara yang carut marut, kita pun harus berani ‘menyembelih’ hawa nafsu korupsi supaya bisa hidup sesuai dengan ajaran Islam,” tegas Ustad Mustapa HS.

TAHAP KRISIS

Secara terpisah menanggapi hal ini, Ray Rangkuti, Direktur Lingkar Madani (Lima) Indonesia, mengatakan serentaknya seruan untuk memerangi praktik korupsi ini menandai kondisi negera yang makin krisis. Terutama terkait maraknya aksi korupsi yang semakin marak dewasa ini. Alasannya seruan oleh tokoh keagamaan dalam tingkatannya bisa dikatakan tahap mengkhawatirkan. “Seruan tokoh agama merupakan satu tingkat di bawah tindak anarkis,” ujar Ray.

Mengingat seruan tokoh agama memiliki ikatan emosional dengan jamaahnya. Jika nantinya dalam tahap ini pemerintah juga tidak mampu menjalani seruan ini maka dikhawatirkan akan mendorong masyarakat untuk mengambil langkah hukum sendiri. Terlebih ajakan ini dilontarkan hampir serentak di beberapa wilayah pada momentum yang sakral bagi umat muslim. “Pemerintah jangan anggap sepele dengan fenomena ini. Kesabaran rakyat sudah diambang batas melihat maraknya korupsi di negeri ini,” ucap Ray.

(guruh/dono/joko/tarta/anton/rihadin/sir)

Bagikan
Minggu, 06 November 2011 Posted in | | 0 Comments »

One Responses to "Khotib Idul Adha Serukan Perangi Tikus Negara"

Write a comment